Signal Todays

Main Menu

  • Beranda
  • News
  • Pendidikan
  • Loker
  • Olahraga
  • Politik
  • Lifestyle
    • Film
    • Kesehatan
    • Tips and Trik
  • Traveller
  • UMKM
  • Opini
    • Cendekia
Sign in / Join

Login

Welcome! Login in to your account
Lost your password?

Lost Password

Back to login

logo

Header Banner

Signal Todays

  • Beranda
  • News
  • Pendidikan
  • Loker
  • Olahraga
  • Politik
  • Lifestyle
    • Film
    • Kesehatan
    • Tips and Trik
  • Traveller
  • UMKM
  • Opini
    • Cendekia
  • Banjir Tanpa Sebab, Kayu Tanpa Asal: Ketika Negara Menyangkal Jejak di Hulu

  • Dampak Negatif Screen Time Berlebihan bagi Anak dan Tantangan Pola Asuh di Era Digital

  • Gemilang! Pameran Karya Kreatif SMK Paramitha Jakarta Tumbuhkan Jiwa Wirausaha Generasi Muda

  • SMK Nurul Hikmah 2 Bekasi Gelar Workshop AI untuk Tingkatkan Kompetensi Digital Anggota OSIS

  • Lautan Kayu Gelondongan Tertahan di Bangunan Pesantren, Banjir Aceh Tamiang Jadi Sorotan

  • Seminar Beyond AI Outlook 2026 UBSI Bekasi: Membangun Wawasan Artificial Intelligence untuk akademisi

  • Tips Kesehatan Ala Mahasiswa: Tetap Bugar, Produktif, dan Fokus di Tengah Padatnya Kuliah

  • BSI FLASH 2026 Bekasi Resmi Ditutup, Kompetisi Olahraga Pelajar Berlangsung Sukses di UBSI Bekasi

  • Penipuan Berkedok Cluster Syariah di Kabupaten Karawang

  • Rambu RHK Sering Diserobot, Kurangnya Kesadaran Pengendara Jadi Sorotan

CendekiaOpini
Home›Opini›Cendekia›Banjir Tanpa Sebab, Kayu Tanpa Asal: Ketika Negara Menyangkal Jejak di Hulu

Banjir Tanpa Sebab, Kayu Tanpa Asal: Ketika Negara Menyangkal Jejak di Hulu

By Daya
21 December 2025
3
0
Share:
Banjir Tanpa Sebab, Kayu Tanpa Asal: Ketika Negara Menyangkal Jejak di Hulu

Oleh Suhardi | Dosen Universitas Bina Sarana Informatika

signaltodays.com_ Penyebab Banjir Sumatra akibat Pemerintah lalai. Ada pemandangan yang sulit diabaikan dari Aceh Tamiang: ribuan batang kayu gelondongan menumpuk rapi, tertahan bangunan pesantren. Seolah sungai berubah menjadi jalur distribusi kayu raksasa. Namun di tengah visual yang nyaris tak terbantahkan itu, negara justru menyampaikan satu kesimpulan yang terdengar meyakinkan sekaligus menggelitik nalar Penyebab Banjir Sumatra tidak berkaitan dengan pembalakan liar.

Pernyataan ini tentu patut dicatat sebagai prestasi narasi. Sebab, jarang sekali kita menyaksikan kayu-kayu berdiameter besar mampu berpindah dari hulu ke hilir, melintasi sungai dan desa, tanpa pernah bersentuhan dengan aktivitas manusia. Jika benar demikian, maka kita mungkin harus merevisi banyak buku pelajaran tentang ekologi, sebab-akibat, dan logika dasar.

Kementerian Kehutanan—dengan segala otoritas dan perangkat datanya—seolah ingin meyakinkan publik bahwa banjir hanyalah peristiwa alamiah yang berdiri sendiri. Hujan turun, sungai meluap, kayu kebetulan ikut hanyut. Sederhana, bersih, dan bebas dari campur tangan manusia. Masalahnya, alam jarang bekerja sesederhana siaran pers.

Dalam konteks Sumatra, banjir bukanlah cerita baru. Hampir setiap tahun, wilayah-wilayah di Aceh, Sumatra Barat, hingga Sumatra Selatan menghadapi pola yang sama. Hujan lebat, sungai meluap, lalu kayu-kayu besar muncul entah dari mana. Anehnya, pola ini terus berulang, sementara penjelasan resminya nyaris tak pernah berubah.

Baca Juga: Pertemuan Antara Rasa dan Makna

Tentu, tidak semua banjir disebabkan pembalakan liar. Itu benar. Namun menafikan hubungan antara kerusakan hutan dan bencana hidrologi sama berbahayanya dengan menutup mata saat alarm berbunyi. Ketika daerah aliran sungai kehilangan tutupan hutan, tanah kehilangan daya serap, dan kayu-kayu tak lagi tertahan di hulu. Maka banjir bukan lagi kemungkinan, melainkan keniscayaan.

Mulut Pemerintah yang tak Peka

Alam tampak bekerja lebih jujur dibanding birokrasi. Ia menghadirkan bukti visual: kayu gelondongan, lumpur, arus deras, dan kerusakan. Sementara negara justru sibuk memilah diksi—apakah ini “pembalakan liar”, “kayu terbawa arus”, atau sekadar “material alami”. Seakan-akan bencana bisa diredam dengan pilihan kata yang tepat.

Bagi masyarakat di hilir, perdebatan istilah ini terasa jauh dari realitas. Mereka kehilangan rumah, akses jalan, air bersih, bahkan rasa aman. Pesantren yang tertimbun kayu mungkin menjadi simbol ketahanan, tetapi juga menjadi monumen sunyi dari kegagalan pengelolaan hutan di hulu.

BacaJuga: Penipuan Berkedok Cluster Syariah di Kabupaten Karawang

Kementerian Kehutanan seharusnya tidak sekadar hadir sebagai juru bicara yang menenangkan. Publik menunggu lebih dari itu: transparansi data, penelusuran asal kayu, evaluasi izin konsesi, dan keberanian menyebut masalah dengan nama aslinya. Sebab, menyangkal masalah tidak akan membuatnya hilang; ia hanya menunggu hujan berikutnya.

Jika setiap banjir selalu dianggap sebagai peristiwa alam murni, maka kita sedang membangun tradisi berbahaya. Tradisi mengulang bencana tanpa pernah belajar. Negara tidak kehilangan wibawa ketika mengakui keterkaitan antara kebijakan, pengawasan hutan, dan dampak lingkungan. Justru sebaliknya, wibawa runtuh ketika publik merasa kecerdasannya diremehkan.

Aceh Tamiang hari ini bukan sekadar kabar banjir. Ia adalah cermin. Pertanyaannya, apakah kita berani menatap pantulan itu—atau kembali menyalahkan hujan, sambil membiarkan kayu-kayu berikutnya bersiap hanyut?

Tagsbanjir Aceh Tamiangbanjir dan deforestasibanjir Sumatra pembalakan liarkayu gelondongan Acehkementerian kehutanan Indonesiakerusakan hutan Sumatrakritik kebijakan kehutananlingkungan dan kebijakan publikpembalakan liar Indonesiatajuk rencana lingkungan
Previous Article

Dampak Negatif Screen Time Berlebihan bagi Anak ...

0
Shares
  • 0
  • +
  • 0
  • 0
  • 0
  • 0

Daya

Related articles More from author

  • Lautan Kayu Gelondongan Tertahan di Bangunan Pesantren
    News

    Lautan Kayu Gelondongan Tertahan di Bangunan Pesantren, Banjir Aceh Tamiang Jadi Sorotan

    19 December 2025
    By Daya
  • Kebiasaan Penggunaan Tanah Irigasi di Kabupaten Karawang: Studi Mendalam
    CendekiaOpini

    Kebiasaan Penggunaan Tanah Irigasi di Kabupaten Karawang: Studi Mendalam

    5 September 2025
    By Daya
  • CendekiaOpini

    Menuju Masa Depan Berkelanjutan: Peran ESG Dalam Membentuk Nilai Perusahaan

    5 May 2024
    By Daya
  • Perkembangan Bulutangkis di Indonesia: Prestasi dan Masa Depan
    CendekiaOpini

    Perkembangan Bulutangkis di Indonesia: Prestasi dan Masa Depan

    24 April 2024
    By Daya
  • Mengelola Keuangan Mahasiswa: Panduan untuk Hidup Hemat dan Cerdas
    CendekiaOpini

    Mengelola Keuangan Mahasiswa: Panduan untuk Hidup Hemat dan Cerdas

    12 July 2024
    By Daya
  • Mengenal Tahapan Penelitian Ilmiah: Panduan untuk Mahasiswa dan Siswa SLTA
    Cendekia

    Mengenal Tahapan Penelitian Ilmiah: Panduan untuk Mahasiswa dan Siswa SLTA

    5 June 2024
    By Daya

Artikel Terbaru

  • 21 December 2025

    Banjir Tanpa Sebab, Kayu Tanpa Asal: Ketika Negara Menyangkal Jejak di Hulu

  • 21 December 2025

    Dampak Negatif Screen Time Berlebihan bagi Anak dan Tantangan Pola Asuh di Era Digital

  • 20 December 2025

    Gemilang! Pameran Karya Kreatif SMK Paramitha Jakarta Tumbuhkan Jiwa Wirausaha Generasi Muda

  • 20 December 2025

    SMK Nurul Hikmah 2 Bekasi Gelar Workshop AI untuk Tingkatkan Kompetensi Digital Anggota OSIS

  • 19 December 2025

    Lautan Kayu Gelondongan Tertahan di Bangunan Pesantren, Banjir Aceh Tamiang Jadi Sorotan

logo

SignalTodays adalah situs berita online Indonesia yang dipublikasikan oleh PT. Signal Indonesia.

Situs berita online dengan tagline “Transparan dan Terpercaya”

Tentang Kami

  • Informasi Publish Berita : 0812 81818 516
  • info@signaltodays.com
  • Tim Redaksi

Ikuti Kami

  • Tim Redaksi
© Copyright SignalTodays. All rights reserved.