Jamu Gendong Hamzah Batik Malioboro
Signaltodays.com_Pengalaman saya memang bukan pertama kali ke Jogyakarta, Namun ternyata jika dihitung sudah hampir 7 tahun saya tidak mengunjungi kota selaksa makna itu.
Lirik lagu Katon Bagaskara terngiang masuk celah telingan, seolah berbisik lirih “ Selamat datang kembali di Yogyakarta”. Semakin mendekati daerah perbatasan Purworejo rasa semakin kuat.
Bukan dalam rangka liburan saya berlabuh di kota itu. Hanya beruntung saja saya diajak untuk rapat kerja di Kampus UBSI Yogyakarta. Selesai rapat hasratku tak terbendung menghirup udara Malioboro. Bergegas menyela kemacetan aktifitas warga asli, klakson kendaraan tak banyak berbunyi. Padahal dalam kondisi macet seperti itu biasanya klakson bersautan mewakili amarah pengendara.
Sesaat masuk malioboro, yah…. memang area itu berbeda, Suasana dan aromanya berbeda sekali. Cuaca bagus tak hujan, tak juga terik. Wisatawan ramai riuh berdatangan memasuki sela-sela jalan malioboro. Joki becak, andong, dan penjaga toko ramah betul menyapa sambil mengajak mampir atau memakai jasanya.
Saya dan kedua rekan saya putuskan masuk Hamzah Batik, sebenarnya bukan maksud membeli, tapi saya pingin tau saja dalamnya. “ silahkan masuk mas” rona ramah bapak penjaga toko. Hmmmm… aroma dupa bercampur bunga-bunga terbakar api amat menyengat di hidung. Yah… masih suasana imlek, dekorasi khas warna merah dengan shio macan air terpampang di hadapan.
Baca Juga: 3 Cara Mengunduh Video dari Youtube
Cekrek…foto! Selangkah ke kanan sudah disambut senyum mba Dewi penjaja jamu gendong mengajak duduk di bangku kecil, berbincang sedikit. Hanya butuh 2 kata “ Jamu mas…?” dengan nada khas. Sontak kami menjawab “ njih mba” seolah terhipnotis kami langsung mengangguk.
Dengan mangkuk dari batok kelapa, jamu itu tiada tara. Rasanya asam manis legit tanpa koma. Yah enak, harganya pun hanya 3000 perbatok. Murah bukan?. Seteguk demi seteguh saya nikmari rasanya, resapi suasananya. Luar biasa, tak terlukiskan oleh kata. Yogyakarta Istimewa di hati siapapun.