Erick Thohir di Pusaran Politik dan Sepak Bola

signaltodays.com_Erick Thohir, sosok yang dikenal multi-peran, kembali menjadi sorotan publik. Pada Senin, 20 Oktober 2025, Ketua Umum PSSI ini tampak hadir di Istana Kepresidenan, Jakarta, untuk mengikuti sidang kabinet paripurna. Kehadiran Erick Thohir kali ini bukan dalam kapasitasnya sebagai bos federasi sepak bola nasional, melainkan sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora). Momen ini menjadi penegasan atas peran barunya di pemerintahan, setelah dilantik oleh Presiden Prabowo Subianto pada September 2025. Namun, di tengah hiruk pikuk agenda negara tersebut, benak Erick Thohir barangkali dipenuhi bayang-bayang dan penyesalan terkait keputusan kontroversialnya di Timnas Indonesia. berikut kesalahan besar Eric Thohir.
Jabatan Baru dan Beban Lama: Erick sebagai Menpora dan Ketua PSSI
Sejak dilantik sebagai Menpora, Erick memang dituntut fokus menjalankan tugas kenegaraan di bawah pimpinan Presiden Prabowo Subianto. Dilansir dari laman resmi Kemenpora, kehadirannya di sidang kabinet paripurna didampingi oleh Wakil Menpora, Taufik Hidayat. Di lingkungan istana, ia kini berada dalam pusaran kebijakan dan program strategis nasional. Namun, publik sepak bola tak bisa lupa bahwa Erick Thohir juga mengemban tanggung jawab besar sebagai Ketua Umum PSSI. Sebuah posisi yang kerap memunculkan drama dan polemik.
Keputusan besar yang kini terus menghantui kiprah Erick Thohir di sepak bola nasional adalah pemecatan Shin Tae-yong. Pelatih asal Korea Selatan yang telah bekerja impresif selama lima tahun di Timnas Indonesia. Secara mengejutkan diberhentikan pada Januari 2025. Dengan penuh percaya diri, Erick Thohir kemudian menunjuk legenda Belanda, Patrick Kluivert, sebagai pengganti. Keputusan ini menuai kritik tajam, mengingat Kluivert tidak memiliki rekam jejak mentereng sebagai juru taktik profesional, meskipun kariernya sebagai pemain sangat cemerlang. Eksperimen ini, sayangnya, berujung pahit dan menambah daftar panjang masalah Erick Thohir di PSSI.
Patrick Kluivert, Kesalahan yang Mengharuskan Erick Thohir Menjilat Ludah Sendiri
Sepuluh bulan adalah durasi yang cukup untuk membuktikan bahwa penunjukan Kluivert adalah kesalahan besar yang dilakukan Erick . Patrick Kluivert gagal total, puncaknya adalah kegagalan Timnas Indonesia melaju dari Kualifikasi Piala Dunia 2026 putaran keempat. Skenario buruk ini memaksa Erick untuk menarik keputusannya sendiri. Kluivert dipecat, dan untuk kedua kalinya dalam satu tahun, Erick Thohir harus kembali mencari pelatih Timnas Indonesia yang baru, kali ini dengan tuntutan untuk tidak boleh salah langkah lagi.
Situasi ini menempatkan Erick Thohir dalam posisi yang sulit. Dalam setiap konferensi pers yang ia gelar, terutama setelah dilantik menjadi Menpora, ia selalu berkelit dan enggan menjawab pertanyaan spesifik mengenai polemik Kluivert. Ia berdalih bahwa saat itu ia sedang berbicara sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga, bukan sebagai Ketua PSSI. Meski demikian, sebagai figur publik dan pemimpin dua institusi penting, tekanan untuk segera menyelesaikan urusan pelatih Timnas Indonesia yang berkualitas dan berkompeten terus membayangi.
Sindiran “Coach” Prabowo: Kapan Erick Menyelesaikan Urusan Pelatih?
Di tengah situasi “kepala sedang pening” yang dialami Erick , sebuah pidato yang disampaikan oleh Presiden Prabowo Subianto dalam sidang kabinet paripurna seolah menjadi sindiran halus. Presiden berusia 74 tahun itu menggunakan metafora sepak bola untuk menggambarkan kerja kabinet.
“Kalau ibarat kita adalah tim sepak bola, saya boleh dianggap sebagai manajer, coach,” ujar Presiden Prabowo.
Ia melanjutkan, “Saudara-saudara (para menteri) adalah pemain-pemain.”
Presiden Prabowo, sang “Coach,” kemudian menjelaskan pembagian peran dalam timnya. Ia baru saja menggeser Erick Thohir, yang dinilai sebagai pemain versatile, dari Menteri BUMN ke posisi Menpora.
“Dalam babak-babak pertama ini, awal-awal kita ada yang striker, ada yang bertahan, ada yang cadangan masih menunggu kapan diperankan secara maksimal,” tutur Prabowo, menambahkan, “Walaupun saya mengerti, Saudara-saudara sudah mengambil inisiatif, sudah bergerak masing-masing.”
Pidato ini, meskipun konteksnya adalah kerja pemerintahan, terasa relevan dan menohok bagi Erick Thohir. Pertanyaan besar yang tersirat adalah: Kapan “pemain” yang kini menjabat sebagai Menpora ini akan menyelesaikan urusan krusial di PSSI, yaitu penunjukan pelatih Timnas Indonesia yang tepat? Kesalahan masa lalu telah menciptakan lubang besar. Kini, dengan peran ganda yang ia emban. Publik berharap Erick Thohir dapat segera menunjukkan inisiatif dan keputusan yang benar demi masa depan Timnas Indonesia yang lebih cerah. Demikian kesalahan besar Eric Thohir.