Tak Masuk Kabinet, Tapi Setia: Strategi Elegan NasDem Dukung Prabowo dari Luar Pemerintahan

Signaltodays.com_Dalam lanskap politik nasional yang sering diwarnai tarik-menarik kepentingan. Sikap Partai NasDem Dukung Prabowo tanpa duduk di kursi kabinet menjadi sorotan tajam. Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai NasDem, Prananda Surya Paloh, dengan tegas menyatakan bahwa sikap ini bukan bentuk penolakan, melainkan bentuk kesadaran politik yang penuh etika.
Berbicara di Yogyakarta pada Selasa malam, 20 Mei 2025, Prananda menegaskan bahwa Partai NasDem 100 persen mendukung pemerintahan Prabowo. Hal ini, kata dia, sudah berulang kali ditegaskan oleh Ketua Umum Surya Paloh. Namun publik masih mempertanyakan absennya wakil NasDem di dalam kabinet.
“Mungkin yang orang banyak pertanyakan adalah kenapa NasDem menolak masuk kabinet. Sebetulnya bukan menolak atau apa, tetapi itu adalah sikap sadar diri kami,” ujar Prananda. Ia menjelaskan bahwa sejak awal Pemilu 2024, NasDem mendukung calon presiden lain, dan kini partai tersebut memilih memberi ruang kepada partai-partai pendukung awal Prabowo untuk mengisi posisi di pemerintahan.
Baca Juga: Kesehatan Ginjal: Kunci Menjaga Keseimbangan Tubuh
Alih-alih berebut kursi, NasDem Dukung Prabowo dan NasDem mengukuhkan dirinya sebagai mitra strategis—siap mendukung seluruh program Presiden Prabowo, tetapi tanpa keharusan berada secara formal di dalam kabinet. “Kita anggap NasDem sebagai sparing partner yang objektif dan loyal,” lanjut Prananda.
Menariknya, di tengah konsistensi politik tersebut, NasDem juga gencar melakukan pendekatan kepada pemuda. Prananda menekankan pentingnya keterlibatan anak muda menjelang Pemilu 2029 yang akan didominasi pemilih generasi muda. Program sosial dan olahraga rutin setiap bulan menjadi jembatan komunikasi yang humanis antara partai dan generasi baru pemilih.
Pilihan Sikap NasDem
Sikap ini menunjukkan bahwa kekuasaan bukan satu-satunya cara untuk memberi pengaruh. Dalam sunyi peran formal, NasDem justru menyuarakan loyalitas dalam bentuk yang paling elegan: menjaga demokrasi dengan etika dan tetap menjadi penggerak perubahan di luar lingkaran kekuasaan.
Pilihan untuk tidak bergabung ke dalam kabinet bukan berarti melepas tanggung jawab terhadap nasib bangsa. Sebaliknya, hal ini mencerminkan prinsip kenegarawanan yang dewasa dan matang secara politik. NasDem menyadari bahwa peran sebagai oposisi konstruktif maupun mitra strategis di luar struktur pemerintahan bisa sama pentingnya dengan mereka yang berada dalam kekuasaan. Sikap ini menegaskan bahwa loyalitas tidak harus diwujudkan dengan jabatan, tetapi bisa ditunjukkan melalui dukungan nyata terhadap agenda-agenda strategis nasional.
Melalui suara di parlemen, kerja-kerja sosial, dan konsolidasi kekuatan di tingkat daerah. Partai NasDem membuktikan bahwa mereka tetap relevan dan aktif membangun bangsa. Ketika banyak pihak berlomba masuk lingkaran kekuasaan demi kepentingan politik jangka pendek, NasDem mengambil langkah berbeda: mengutamakan integritas, menjaga jarak yang sehat dengan kekuasaan, namun tetap siap mengawal pemerintahan Prabowo demi kepentingan rakyat.
Justru di sinilah letak kekuatan NasDem—menjadi kekuatan penyeimbang yang berani, independen, dan tetap berkontribusi aktif terhadap pembangunan nasional. Dalam konteks politik modern, posisi semacam ini bukan kelemahan, melainkan strategi berkelas. Sebab, demokrasi tidak hanya butuh pendukung di dalam pemerintahan. Tetapi juga pemantau setia di luar yang mampu memberikan masukan objektif dan mendorong perbaikan dari luar sistem kekuasaan.